Terapi humanistik didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah baik, dan bahwa orang hanya akan mengeluarkan perilaku yang buruk atau membuat masalah apabila mereka dipaksa oleh keterbatasan yang mengganggu. Dan dasar dari terapi ini adalah penekanan keunikan setiap individu yang memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam perwujudan dirinya. Dalam hal ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita tetapi bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantu memecahkan masalahnya sendiri. Tokoh-tokoh dari humanistik eksistensial antara lain adalah Ludwig
Binswanger, Medard Boss, Abraham Malow, Carl H. Rogers, Victor Frankl,
Holo May, Bagental, Irvin Yalom, Yourard dan Arbuckle.
Terapis humanis ingin mengetahui klien melihat situasi mereka sendiri secara subjektif dan bagaimana mereka menginterpretasikan lingkungan mereka. Pada umumnya terapis humanis tidak menggali masa lalu klien mereka, melainkan akan memiliki fokus pada usaha mengembangkan kehendak dan kepercayaan diri para klien untuk mengubah dan mencapai tujuan yang mereka miliki. Terapi ini membantu klien untuk mengetahui makna dari eksistensinya, dan membantu klien untuk dapat menghadapi pertanyaan utama dari eksistensi dengan penuh keberanian, seperti kematian, kebebasan, pengasingan dari diri sendiri maupun dari lingkungan, kesepian, serta ketidakbermaknaan. Para terapis eksistensial seperti halnya para terapis humanis, meyakini bahwa kehidupan kita tidak sepenuhnya ditentukan oleh masa lalu kita, dan tidak sepenuhnya ditentukan oleh situasi kita; kita memiliki kekuatan dan kehendak bebas untuk memilih takdir kita sendiri.
Beberapa peneliti meyakini bahwa sebenarnya, semua jenis terapi merupakan terapi eksistensial. Melalui cara yang berbeda-beda, semua terapi membantu orang-orang untuk menentukan apa yang penting bagi mereka, nilai-nilai apa saja yang menjadi penuntun dalam kehidupan mereka, dan perubahan-perubahan apa yang akan mereka lakukan. Terapi-terapi eksistensial mungkin dapat membantu Murray memikirkan signifikansi dari tindakan penundaan yang ia lakukan, apa saja hal-hal yang menjadi tujuan utama dalam hidupnya, dan bagaimana ia dapat menemukan kekuatan untuk mencapai ambisi-ambisi yang ia miliki.
Kelebihan dari terapi ini adalah:
1. Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap.
2. Pendekatan terapi eksistensial baik digunakan pada perkembangan klien seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan antaupun masa transisisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa.
Kekurangan dari terapi ini adalah:
1. Pendekatan ini kurang sistematis
2. Konsep abstrak atau global dan samar-samar. Sulit untuk dipegang.
3. Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus klien yang ekstrem sangat membutuhkan penanganan secara langsung
4. Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketidakpastian kapan berakhir, berapa jam dan berapa kali pertemuan.
Tujuan dari terapi ini, mengembalikan individu kepada pemikiran autentik tentang dirinya. Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan pilihan ditekankan. Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini dan memandang masa depan.
Adapula loangkah-langkah dalam proses terapi ini pendekatan eksistensial tidak memiliki metodologi, maka sulit mengemukakan langkah-langkah terapeutik yang khas. Dengan tidak adanya metodologi, maka para terapis eksistensial sering mengambil metode dan prosedur dari pendekatan-pendekatan terapi lainnya, seperti metode dan prosedur dari terapi gestalt, analisis transaksional, dan psikoanalisis yang diintegrasikan dalam pendekatan eksistensal. Metode dan prosedur yang digunakan mereka juga sangat bervariasi, tidak hanya dari pasien yang satu kepada pasien yang lain tetapi juga dari fase yang satu ke fase yang lain terhadap pasien yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar